Untuk mempersiapkan setlist baru,
member-member JKT48 pada latihan keras. Mereka pun dikarantina sehingga
tidak pulang ke rumah masing-masing. Mereka diberikan tempat penginapan
sementara di sebuah hotel di bilangan sudirman. Dhike dan sendy
ditempatkan untuk menginap di dalam satu kamar.
“Aduh panas banget ya…”, kata dhike.
“Mandi sana gih key… bau tau…”, sendy melontar.
“Aku mandi duluan ya kak sen, awas loh kalo ngintip…”
Suara percikan air pun terdengar dari ruang shower
di kamar hotel. Sendy sedang memainkan hpnya membaca mention-mention
yang datang dari fans sembari menunggu dhike untuk giliran mandi dia.
“Kak sen, ambilin handuk dong… kelupaan nih”, terdengar teriakan dhike.
“Iiih ikey ini kebiasaan amat sih”, sendy pun mengambil handuk yang tergantung, kemudian berjalan menuju kamar mandi.
‘SSSSRRRTTT DDDDSSSS”, tiba-tiba sendy terpeleset di kamar mandi.
“Ada apa kak sen?”, teriakan dhike dari ruang shower. Karena badan sendy yang agak gemuk, dia susah untuk berdiri lagi.
“Gw kepeleset nih, bantuin gw berdiri dong… aduuuh ini pinggang sakit banget”
“Iiih masak aku harus keluar telanjang gini siiih…”
Sendy pun masih berusaha untuk berdiri lagi.
Tiba-tiba dhike keluar dan ruang shower dan
menghampiri sendy tanpa sehelai benang pun. Di saat itu ternyata sendy
sudah berhasil untuk berdiri kembali.
Sendy pun berbalik arah dan kaget ketika di
depannya ada tubuh mungil, indah, dan basah dari dhike tanpa tertutup
sehelai benang pun.
“Iiih kak sendy ngetroll amat, udah bisa berdiri gituuuu… aku malu tau…”, ujar Dhike sambil berusaha menutup bagian intimnya.
“Aaa duu hh maa aaf”, ujar sendy sambil terbata-bata.
“Mana handuk…”
Sendy pun memberikan handuk itu ke dhike, terpaksa
dhike harus membuka salah satu bagian intimnya dari tutupan tangan
karena harus mengambil handuk itu.
Semakin terdengar keras detakan jantung sendy di ruangan itu.
Dhike pun segera kembali ke ruang shower sementara
sendy masih diam di tempat tidak bisa bergerak kemana-kemana karena
masih shock apa yang telah dilihatnya barusan.
Di dalam ruangan shower, dhike dapat melihat dari kaca yang buram kalau sendy masih terdiam di tempatnya.
“Ih ka sendy kenapa… cepet balik ke kamar atuh…”
Sepertinya syaraf pendengaran dan syaraf motorik
sendy tidak bekerja lagi pada saat itu. Suara dhike itu pun terabaikan.
Yang ada dalam otak sendy adalah kekaguman pada tubuh dhike dan ingin
segera memeluknya.
Akhirnya nafsu membara lah mengendalikan otak sendy
sehingga sendy pun tiba-tiba bergerak menghampiri ruang shower dan
membuka pintunya.
“eeeh kak sendy kenapaaaaa”, terdengar suara dhike yang terkaget.
Tiba-tiba jatuhlah handuk yang dipegang dhike ke lantai. Sendy sedang memeluk tubuh dhike dengan erat. Erat sekali.
Dhike pun terdiam dan tak tau harus berkata apa sambil merasakan kehangatan pelukan sendy.
Suasana lengang menghampiri kamar mandi itu yang di dalamnya terdapat sepasang insan sejenis yang saling menyatu dalam pelukan. Sudah berapa kali putaran detik jam, akan tetapi mereka masih dalam keadaan seperti itu.
Molekul-molekul air pada kulit dhike semakin membasahi kaos pink yang dipakai sendy.
Tiba-tiba suasana lengang itu pecah.
“Hey kalian lagi ngapain!!!”, teriak Shania yang tiba-tiba muncul di depan pintu kamar mandi.
Dhike dan Sendy pun terkaget dan lepaslah pelukan mesra itu.
Dengan cepat dhike pun melilitkan handuk yang jatuh tadi untuk menutupi tubuhnya.
“Eng eng gak, tadi dhike bilang showernya ga nyala, jadi aku coba bantu”, kata sendy sambil tergagap-gagap.
“Ada apa shan tiba-tiba kemari?”, tanya dhike.
“Oh maaf ya, tadi pintunya ga ke kunci jadi gw
langsung masuk saja, gw mau minjem charger hp nih, charger gw
ketinggalan di rumah”, kata Shania.
Sendy pun dengan baju yang basah keluar dari kamar mandi dan mengambil chargernya untuk dikasihkan ke Shania.
“Thanks sen, ntar gw balikin”
“Lain kali pintunya dikunci… ntar kalo yang masuk maling gimana… met senang-senang yaaaa hihihi… dadaaah”, kata Shania.
“Yakali di hotel ada maling…”, balas sendy.
Sendy pun lalu mengunci pintu kamar hotel.
***
Tak lama kemudian dhike keluar dari kamar mandi
dengan memakai kaos merah dan bawahan hotpans . Tidak ada kata-kata yang
terucap dari mulut mereka ini. Mungkin kejadian yang barusan terjadi
membuat mereka malu-malu untuk saling berkata-kata.
Sendy pun bergegas menuju kamar mandi untuk
membasahi diri, tak lupa dia membawa handuk agar kejadian yang barusan
terjadi tidak berbalik kepadanya.
Setelah mandi, sendy menuju kamar dan melihat dhike
sedang membuka kado-kado dari fans. Tetap saja tidak ada sepatah
katapun yang mereka katakan.
Ada yang aneh dari kado yang diberikan fans kepada
dhike, yaitu sebuah benda berbentuk tabung sepanjang sekitar 20 cm,
berwarna biru agak transparan, dengan salah satu ujung yang agak
runcing. Dhike pun terlihat bingung melihat kado itu karena tidak
mengerti benda apa itu. Atau mungkin saja dia pura-pura tidak tahu
tentang benda itu.
Sendy yang melihat benda itu dipegang dhike merasa kaget. Suasana lengang itu pun kemudian hilang.
“Key ngapain bawa benda jorok kayak gitu”, sendy
kaget melihat benda yang dirasa itu dikenalnya. Yap itu adalah benda
milik sendy, ntah kenapa bisa berada dalam tumpukan kado dhike. Beberapa
hari lalu sendy memang sempat kehilangan benda itu yang dibawanya ke
teater.
“Oh ini, kado dari fans, kak sendy tau ga ini apaan??”, tanya dhike.
“iiih jorok banget fans lu, sini deh gw ambil, ga baik tau cewek pegang benda itu…”
Sendy pun dengan segera merebut benda itu dari
dhike dan memasukkan ke tas dia karena merasa benda itu adalah miliknya.
Apakah yang sudah dilakukan oleh sendy dengan benda itu? Bayangkan
sendiri saja.
“loh kak sen kok gitu sih, itu kan hadiah dari fans aku… lagian kak sen juga sama-sama cewek…”, kata dhike dengan muka cemberut.
“Gw tidur duluan ya key„, oyasumi…”, kata sendy untuk mengabaikan pembicaraan dhike.
Sendy di dalam hati masih bertanya-tanya kok bisa
benda miliknya itu bisa jadi kado yang dikirimkan untuk dhike. Siapakah
yang mengirimkannya??
Sementara dhike belum tidur dan masih sibuk melihat-lihat kado-kado lain dari fansnya.
….
“Aduh aduh aduh”, terdengar erangan sendy.
“Ada apaan lagi sih kak sen”, tanya dhike.
“Kaki gw tiba-tiba keram nih…”, sendy pun masih kesakitan
Dhike pun menghampiri sendy yang di kasur, kemudian memijat-mijat kaki sendy.
“Aduh baik banget dhike… enak deh pijatannya”
Secara perlahan-lahan layaknya tukang pijat
profesional si dhike memijat kaki sendy, dari betis ke paha, kemudian
turun lagi ke betis dan gerakan itu diulang-ulang.
Tiba-tiba pijatan dhike mengenai bagian ujung atas bagian dalam paha, lalu sendy pun mengerang.
“AAAHHHHH”
“Terusin keeey”
“Ya di sana… di bagian itu…”
Tampak sendy sedang mengerang keenakan.
Akan tetapi yang dilakukan dhike malah berhenti
memijatnya. Tampak dari muka sebel dhike kalo dia ingin juga dipijat
pada bagian yang sama.
Karena sendy tidak tahan tiba-tiba sendy pun lalu bangun dari kasur dan merebahkan tubuh dhike dan menindihnya.
“Aduh berat banget kak sen…”, kata dhike.
Akan tetapi sendy mengabaikan perkataan dhike tadi,
kembali sendy memeluk dhike. Akan tetapi sekarang sendy mulai berani
mengecup bibir dhike. Seiring berlalunya detik-detik, semakin ganas juga
kecupan itu.
Muka dhike terlihat tersipu-sipu.
Beberapa waktu kemudian dengan sekuat tenaga
akhirnya dhike berhasil membalikkan keadaan dan berada di atas sendy.
Mungkin dhike sudah tidak kuat menahan berat sendy yang jauh lebih berat
dari dia. Justru sekarang dhike-lah yang mengendalikan permainan.
Ya.. mungkin malam itu menjadi malam yang indah buat dua insan sejenis ini.
***
Matahari pun sudah terbit, kedua insan ini masih
tertidur pulas di atas kasur yang berserakan dengan pakaian mereka.
Tangan sendy terlihat merangkul dhike. Wajah mereka terlihat sungguh
berseri-seri. Terlihat benda panjang berwarna biru tadi pun berada pada
genggaman tangan dhike. Entah sejak kapan benda itu tiba-tiba keluar
dari tas sendy. Di malam itu sendy telah mengajarkan pelajaran berharga
untuk menggunakan kado itu kepada dhike.
~FIN~
0 komentar:
Posting Komentar