JKT48 FanFic : Two years later
'kling kling kliiiing'
Gelang yang sudah lama ku kenakan di pergelangan tangan ku terjatuh dengan sendirinya, tepat ketika melihat Inbox e-mail milikku dari dia.
*Besok, aku mau ketemu kamu, di tempat biasa*
E-mail mendadak itu seperti tidak mempunyai salah apapun, entah kenapa kamu selalu saja begitu, acuh memperlakukan aku.
aku meraih handphone genggam ku yang ku letakkan tidak jauh dari laptop tempat aku membaca e-mail tadi, menekan nomor-nomor di keypad nya yang berjejer rapih.
"Halo? shania? kenapa?"
"Halo, Hana? dia muncul lagi nih, baru aja aku dapet e-mail dari dia, katanya dia besok mau ketemu, males banget! mendadak banget" aku menceritakan hal itu to the point
"Loh, bukannya bagus ya? berarti dia ada insiatif buat ketemu kamu, mungkin ada hal penting yang mau dia omongin ke kamu"
"Ah, udahlah han, aku udah benci banget sama dia"
"Coba aja dulu Shan, mungkin kali ini dia mau seriusin sesuatu sama kamu"
"gaktau deh Han, aku benci dia! dia tuh nggak pernah bisa di percaya"
"Bukan gak bisa di percaya Shan, kamu nya yang nggak pernah ngasih dia kesempatan untuk mempercayai dia"
"Ahhh terus aku bales apa nih han? iya? atau nggak bisa?"
"Terserah kamu shan"
-www-
"Konnichiwa Hannachan, Lihat Shania?"
"Konnichiwa Ayu, nggak tuh, aku juga baru masuk kelas soalnya, kenapa?"
"Ini, tadi ada yang ngasih aku surat, tapi disuruh kasih ke Shania"
"Hai Ayu! Hai Hanna! kenapa nih?"
"Eh Shania, nih Ayu nyariin kamu"
"Konnichia Shania! nih ada surat buat mu"
Tidak perlui ditebak. aku sudah tau Pengirimnya! Genji! Seseorang pemilik jari manis ku
"Mmm, Arigato Ayu"
"Oke Shan, aku balik dulu ya ke Kelas!"
"Sip"
"Shan, gimana Tentang Refi?" Hanna memulai percakapan
"Aku bilang gak bisa, lagian aku males banget ngeliat muka melasnya, minta kesempatan, nyatanya nyakitin aku"
"Haha, terserah kamu deh Shan"
-www- Istirahat
"Shan! kamu dapet kiriman nih"
Sonya menyodorkan kotak bersampul cokelat kepada ku
"Dari siapa Nya?"
"Tau tuh, katanya sih namanya Re..re..refi!"
"oh, makasih nya"
"iya, sama-sama"
Aku mencolek Hanna yang asyik dengan gadget nya
"Han, dapet dari Refi nih"
"Buka aja"
Aku pun membuka kotak itu.
Surat.
Shan, sorry aku jadi kirim nya pake surat gini, soalnya e-mail aku belum dibalas sama kamu,
aku bener-bener pengen ketemu kamu, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, iya, tentang waktu itu,
aku masih bingung Shan, aku salah, aku tau kok.Balas e-mail ku ya.
Refi.
"Shania Juniantha , kayaknya dia niat banget tuh mau ketemu lo! percaya deh sama gue! apa perlu gue anter?"
"mmm... iya deh Han, gue pinjem Handphone lo dong, mau bales e-mailnya"
"nih"
Iya. besok kita ketemu. disini.
Di halaman belakang sekolah, Lapangan Volly.
-www- besok-
"Shan, sorry ya, waktu itu.. aku nggak maksud nyakitin kamu." Refi embuka pembicaraannya
"Nggak maksud? terus? semua harapan-harapan yang kamu bilang ke aku mana? kamu bilang, kamu bakal ngejauhin Ransa, dia itu nyakitin kamu Ref! kamu sadar gak si? sekarang semuanya terlambat, aku udah nggak berphiak lagi sama kamu"
"Maksud kamu apa Shan? Maaf shan, sekali lagi maaf, Kamu juga waktu itu nggak ngasih aku kesempatan untuk ngomong kan? aku juga sadar kok kalo misalnya Dia nyakitin aku, cuma aku nggak mau nyakitin dia Shan, waktu it dia sakit parah, dan waktunya nggak lama lagi, akhirnya aku harus ngebuat dia bahagia deh Shan, maaf ya"
Maafkanlah Tuhan, ampunilah diriku ini yang tidak percayakan cinta Aku adalah wanita yang jahat, ah.
"Refi.. Waktu itu terlalu kejam ya"
"Maaf Shan, aku bodoh banget waktu itu"
Tapi pada jari manisku ada seseorang yang baru Sudah tak bisa kembali ke masa itu...ah
"Aku yang jahat Ref, aku nggak pernah ngasih kamu kesempatan buat ngomong sama sekali ya, mulai sekarang kita temenan lagi ya?"
"Tapi? Shan?"
"Mending kamu tanya Hanna"
Hanna pun menjelaskan, siapa aku yang sekarang.
"Makasih Han, makasih udah ngejelasin semuanya, tapi... Sekali lagi aku minta maaf Shan sama kamu"
"Kamu gak perlu minta maaf, ini semua cuma soal salah paham, dan ke egoisan aku, aku yang harusnya minta maaf sama kamu"
"Jadi, kita damai nih?" Refi menyodorkan kelingkingnya.
"Iya, kita akan terus berteman seperti ini ya, janji" ucapku sambil menyambut dan mengaitkan jari kelingkingku.
Gelang yang sudah lama ku kenakan di pergelangan tangan ku terjatuh dengan sendirinya, tepat ketika melihat Inbox e-mail milikku dari dia.
*Besok, aku mau ketemu kamu, di tempat biasa*
E-mail mendadak itu seperti tidak mempunyai salah apapun, entah kenapa kamu selalu saja begitu, acuh memperlakukan aku.
aku meraih handphone genggam ku yang ku letakkan tidak jauh dari laptop tempat aku membaca e-mail tadi, menekan nomor-nomor di keypad nya yang berjejer rapih.
"Halo? shania? kenapa?"
"Halo, Hana? dia muncul lagi nih, baru aja aku dapet e-mail dari dia, katanya dia besok mau ketemu, males banget! mendadak banget" aku menceritakan hal itu to the point
"Loh, bukannya bagus ya? berarti dia ada insiatif buat ketemu kamu, mungkin ada hal penting yang mau dia omongin ke kamu"
"Ah, udahlah han, aku udah benci banget sama dia"
"Coba aja dulu Shan, mungkin kali ini dia mau seriusin sesuatu sama kamu"
"gaktau deh Han, aku benci dia! dia tuh nggak pernah bisa di percaya"
"Bukan gak bisa di percaya Shan, kamu nya yang nggak pernah ngasih dia kesempatan untuk mempercayai dia"
"Ahhh terus aku bales apa nih han? iya? atau nggak bisa?"
"Terserah kamu shan"
-www-
"Konnichiwa Hannachan, Lihat Shania?"
"Konnichiwa Ayu, nggak tuh, aku juga baru masuk kelas soalnya, kenapa?"
"Ini, tadi ada yang ngasih aku surat, tapi disuruh kasih ke Shania"
"Hai Ayu! Hai Hanna! kenapa nih?"
"Eh Shania, nih Ayu nyariin kamu"
"Konnichia Shania! nih ada surat buat mu"
Tidak perlui ditebak. aku sudah tau Pengirimnya! Genji! Seseorang pemilik jari manis ku
"Mmm, Arigato Ayu"
"Oke Shan, aku balik dulu ya ke Kelas!"
"Sip"
"Shan, gimana Tentang Refi?" Hanna memulai percakapan
"Aku bilang gak bisa, lagian aku males banget ngeliat muka melasnya, minta kesempatan, nyatanya nyakitin aku"
"Haha, terserah kamu deh Shan"
-www- Istirahat
"Shan! kamu dapet kiriman nih"
Sonya menyodorkan kotak bersampul cokelat kepada ku
"Dari siapa Nya?"
"Tau tuh, katanya sih namanya Re..re..refi!"
"oh, makasih nya"
"iya, sama-sama"
Aku mencolek Hanna yang asyik dengan gadget nya
"Han, dapet dari Refi nih"
"Buka aja"
Aku pun membuka kotak itu.
Surat.
Shan, sorry aku jadi kirim nya pake surat gini, soalnya e-mail aku belum dibalas sama kamu,
aku bener-bener pengen ketemu kamu, aku mau ngomong sesuatu sama kamu, iya, tentang waktu itu,
aku masih bingung Shan, aku salah, aku tau kok.Balas e-mail ku ya.
Refi.
"Shania Juniantha , kayaknya dia niat banget tuh mau ketemu lo! percaya deh sama gue! apa perlu gue anter?"
"mmm... iya deh Han, gue pinjem Handphone lo dong, mau bales e-mailnya"
"nih"
Iya. besok kita ketemu. disini.
Di halaman belakang sekolah, Lapangan Volly.
-www- besok-
"Shan, sorry ya, waktu itu.. aku nggak maksud nyakitin kamu." Refi embuka pembicaraannya
"Nggak maksud? terus? semua harapan-harapan yang kamu bilang ke aku mana? kamu bilang, kamu bakal ngejauhin Ransa, dia itu nyakitin kamu Ref! kamu sadar gak si? sekarang semuanya terlambat, aku udah nggak berphiak lagi sama kamu"
"Maksud kamu apa Shan? Maaf shan, sekali lagi maaf, Kamu juga waktu itu nggak ngasih aku kesempatan untuk ngomong kan? aku juga sadar kok kalo misalnya Dia nyakitin aku, cuma aku nggak mau nyakitin dia Shan, waktu it dia sakit parah, dan waktunya nggak lama lagi, akhirnya aku harus ngebuat dia bahagia deh Shan, maaf ya"
Maafkanlah Tuhan, ampunilah diriku ini yang tidak percayakan cinta Aku adalah wanita yang jahat, ah.
"Refi.. Waktu itu terlalu kejam ya"
"Maaf Shan, aku bodoh banget waktu itu"
Tapi pada jari manisku ada seseorang yang baru Sudah tak bisa kembali ke masa itu...ah
"Aku yang jahat Ref, aku nggak pernah ngasih kamu kesempatan buat ngomong sama sekali ya, mulai sekarang kita temenan lagi ya?"
"Tapi? Shan?"
"Mending kamu tanya Hanna"
Hanna pun menjelaskan, siapa aku yang sekarang.
"Makasih Han, makasih udah ngejelasin semuanya, tapi... Sekali lagi aku minta maaf Shan sama kamu"
"Kamu gak perlu minta maaf, ini semua cuma soal salah paham, dan ke egoisan aku, aku yang harusnya minta maaf sama kamu"
"Jadi, kita damai nih?" Refi menyodorkan kelingkingnya.
"Iya, kita akan terus berteman seperti ini ya, janji" ucapku sambil menyambut dan mengaitkan jari kelingkingku.
0 komentar:
Posting Komentar