First Love
Inspirated By :
Dan pada akhirnya pilihan yang memihak untuk menentukan langkah kedepan, aku tak penah mengerti apakah hanya takdir yang bisa mengubah ini menjadi nyata? semua hanyalah bayangan semu di benakku, bukan sekedar janji yang aku butuhkan namun kepastian. Segulir kata terakhir yang ku letakkan dalam sepucuk surat beramplop biru itu sebagai balasan atas suratnya yang lalu. Lima tahun sudah aku menunggunya, menunggu sebuah cinta dari cinta pertamaku. Tapi aku rasa ini hanya sia sia belaka dia malah asik dengan pasangannya tanpa memikirkan apa yang aku rasakan selama ini, mungkin pada akhirnya akulah yang harus mengalah dan membawa cinta ini sampai aku menutup mata.
Teringat olehku kenangan di masa lalu, saat aku memulai perjalanan cinta. Masih teringat jelas di benakku saat awal ku jumpa dengannya, perempuan berkulit putih itu mendekat ke arahku dan aku mendadak gugup karena itu adalah pertemuan pertamaku setelah setahun kami berkenalan. Aku tampak terlihat lebih gugup saat dia mengucapkan kalimat pertamanya “kamu tampan” jantungku semakin berdegup kencang, aku tak dapat berkata kata sedikit pun dan aku hanya diam dan memandanginya dari ujung kaki hingga ujung kepala. “so perfect” kataku dalam hati.
“Hey kamu dari mana?” tanyanya ramah. “Dari rumah mau les sih sebenernya hehe” balasku. “anak rajin, ya udah berangkat les sana, ntar telat loh” kata dia. “Aku berangkat dulu ya?”. “Hati hati tampan” katanya. Tiba tiba aku diam dan terbungkam astaga mimpi apa aku semalam, bisa bertemu dengan orang yang ku anggap sahabatku itu, kemudian aku mulai berjalan menuju arah tempat les. Di sepanjang jalan aku tak dapat berhenti memikirkannya, senyumannya selalu membuatku terbayang bayang, apa aku jatuh cinta padanya? tanyaku dalam hati
Sesampainya di tempat les lagi dan lagi aku tak dapat berkonsentrasi pikiranku selalu terarah pada cewek cantik putih mulus berseifuku itu yang biasa kupanggil Achan, cewek itu benar benar meracuni fikiranku. Sesampainya di rumah aku mencari handpone ku kulihat ada beberapa pesan disana, aku berharap pesan itu dari Achan dan ternyata benar pesan itu dari dia. Tak sadar aku sudah menggigit bantalku karena senang, padahal biasanya aku tak pernah seperti ini saat dikirimi pesan olehnya. Mungkin aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama olehnya.
Perlahan kupenjamkan mataku dan membuka pesan itu, kemudian ku buka perlahan lahan mataku dan membacanya kata demi kata
Tak dapat kuungkapkan saat pertama kali berjumpa denganmu
Senyumanmu terbayang di fikiranku
Terkagum aku melihat pesonamu
Mungkinkah aku mendapatkan dirimu?
From: Achan
Astaga!!! dia sms begitu, mimpi apa aku semalam, tapi kata terakhirnya “Mungkinkah aku mendapatkan dirimu?” apa maksutnya ya? apakah dia juga mempunyai rasa yang sama denganku? atau ini hanya sebuah kata kata yang biasa dia buat dan dikirimkan ke semua orang? mana mungkin dia menyukaiku, selama ini dia kan hanya menganggapku sebagai sahabatnya. Aku tak dapat berhenti memikirkannnya, perlahan aku mulai mengetik huruf demi huruf untuk membalas pesannya.
Maksudnya kata yang terakhir itu apa?
Tak beberapa lama kemudian dia membalas pesanku.
“gak maksud apa apa kok?”
From : Achan
Jantungku tiba tiba berenti sejenak, dugaanku benar, dia tak mungkin sayang padaku itu hanya kata kata biasa yang dikirim ke semua orang di kontak handponenya. Aku sudah tak mau membalasnya karena aku tak mau lebih patah hati sebelum aku mengatakan yang sebenarnya. Tapi tak beberapa lama kemudian ada sms masuk di handphoneku.
“Kamu selalu di hatiku selamanya”
From: Achan
Aku tak dapat berkata kata, apa maksud dari semua ini? apa dia hanya berpura pura agar aku merasa ke GR’an? entahlah aku kemudian perlahan membalas smsnya.
“Aku semakin gak ngerti sama kamu, bercandannya gak lucu ih”
Kataku sebal.
“Aku gak bercandaan, David aku sayang kamu”
Ah,aku semakin heran dengannya. Aku rasa ini hanya sebuah taktik semata, mungkin dia hanya bercanda. Aku makin sebal dengannya yang suka bercanda dalam keadaanku yang seperti ini.
“Males ah bercandaan sama kamu, gak asik dan gak lucu tau”
Aku cukup lama menunggu balasannya, meskipun aku sebal dengannya tapi aku sangat berharap jika dia membalas pesanku. Dua jam kemudian dia mebalas pesanku.
“Huft, akhirnya dibales juga” gumamku dalam hati mataku sempat terbelak membaca pesannya
“kenapa sih kamu selalu nganggep semua hanya bercanda, percuma selama ini aku sayang kamu tapi kamunya selalu nganggep bercandaan, kamu gak pernah ngerti gimana rasanya jadi aku kalau kamu ngomong serius tapi selalu dianggep bercandaan. Mungkin memilikimu itu cuma mimpi, mimpi yang gak mungkin aku raih, makasih buat semuanya, jujur aku gak mau jadi sahabat kamu, aku gak sanggup denger curhatan dari orang yang bener bener aku sayang, aku gak sanggup denger kamu cerita tentang orang yang kamu sayang, ini bener bener nyakitin”
Aku membacanya perlahan, aku meneteskan air mata saat membacanya, aku benar benar pria bodoh yang menyianyiakan orang yang menyayangiku. Hukum aku Tuhan kataku benar benar menyesal, aku tak sanggup lagi membaca pesan yang dikirimnya berkali kali itu. Sejak malam itu tak ada kabar lagi darinya, setiap hari aku menunggu pesan darinya tak jarang aku mengiriminya pesan tak tak ada satu pun yang mau dibalasnya.
Seminggu setelah itu aku mendengar dari temannya, bahwa dia telah berubah, dia menjadi anak yang tak karuan, apa yang tak kusuka dari seorang cewek dia lakukan. Rasa bersalah semakin menyelimutiku apalagi setelah mendengar bahwa dia sudah memiliki kekasih namun kekasihnya sudah dicap jelek oleh orang lain. Ya,Tuhan aku benar benar menyesal aku sayang dia dan benar benar menyayanginya, tapi tak mungkin dia mau memaafkan aku.
Kubaringkan diriku di atas tempat tidur mungil berseprai biru, aku menatap langit langit rumahku dan sejenak mebayangkan wajahnya saat pertama bertemu. Aku tak tau harus bagaimana untuk menyudahi semuanya, semuanya sudah terlambat, aku tak mungkin mengungkapkan perasaanku kepada seseorang yang sudah memiliki kekasih.
“David” sapa temanku bernama Gusva
“Iya, kenapa Gus?”
“udah tau belum kalau Achan pacaran sama Irfan?”
“udah” jawabku singkat
“Kok bisa sih Vid? bukannya dia sayangnya sama kamu ya?”
Jantungku berhenti berdetak dan terdiam membisu, perkataan Gusva bagaikan sambaran petir di telingaku, aku hanya diam dan menundukkan kepala dan mencoba menahan air mataku.
“Kok diem sih, Vid ?
“Hati orang mana ada yang tau, mungkin Irfan emang cowok yang pantes buat dia” kataku sambil menghibur diriku sendiri.
“Irfan bilang sama ku, Achan gak sayang sama dia?”
“apa?!” kataku kaget sembari senang
“Dia cuma sayang sama kamu, Vid?”
Perkataan Gusva menumbuhkan semangat baru dalam diriku, ku beranikan diriku untuk mengirim pesan pada Achan, perlahan lahan kuketik sms untuknya dan berharap dia masih mau mebalas pesanku.
“Achan…”
“Ini siapa?”
Aku tiba tiba diam dan melepaskan handphoneku dari genggamanku, dia ternyata benar benar melupakanku dan dia telah menghapus nomorku dari handponenya. Sudahlah, mungkin memang ini saat yang tepat untuk aku melupakannya.
Beberapa minggu kemudian,aku bertemu dengan temannya. Temannya bercerita banyak tentang achan terhadapku dan satu hal yang mebuatku lagi dan lagi meneteskan air mata “selama ini tu, achan Cuma jadiin kamu mainan, karena dia tau kamu suka sama dia”. Aku hanya bisa termenung, hari hari kuhabiskan dengan meratapi hilangnya hatiku. “serpihan hati ini, kupeluk erat akan kubawa sampai kumati, memendam rasa ini sendirian, ku tak tau mengapa aku tak bisa melupakanmu” selama ini hanya lagu itu yang kuputar terus menerus lagu yang menggambarkan perasaanku padanya, perasaan yang teramat dalam pada cinta pertamaku. tiitt handphoneku berdering tanda ada yang mengirimiku pesan, ternyata dari Shania sahabatt Achan yang menceritakan semuanya terhadapku.
“Vid?”
“Iya”
“Aku sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacarku?” sontak aku kaget dan spontan membalas
“Iya”
“Bener, Vid?”
“Beneran”
“Makasih, sayang”
Hubungan kami berjalan biasa seperti layaknya pasangan kekasih, tapi anehnya aku tak menyimpan rasa sedikit pun terhadapnya karena cintaku hanya untuk Achan. Saat aku berjalan dari sekolahku, aku melihat sekelompok anak sekolah sedang ramai di salah satu rumah teman sekelasku. Mataku seketika tertuju pada sosok cewek yang sangat kukenal, dia adalah Achan. Teman temannya memanggilku keras, tapi aku tak mempedulikannya karena Shania menyuruhku untuk tidak mendekati Achan lagi, karena itu hanya membuatku semakin patah hati. “David!!!” teriak suara yang tak asing bagiku, ya itu suara Achan aku hafal suara itu. Aku sempat berhenti tapi Shania tiba tiba datang dan menyuruhku untuk pergi.
Tak beberapa lama setelah aku menjalin hubungan dengan Shania akhirnya aku memutuskan untuk tidak bersamanya lagi setelah mengetahui bahwa Shania ternyata membohongiku, semua cerita hanya rekayasa belaka. Suatu ketika aku bertemu dengan Gusva, temanku sekaligus sahabat dari Achan.
“Vid, aku kesini cuma mau ngasih ini”
“Ini apa Gus?”
“Ini titipan dari Achan, Vid” Gusva memberiku sepucuk surat dan sebungkus hadiah berbungkus kertas kado berwarna biru sesuai dengan amplop surat yang berwarna biru itu.
Dear David
Hay, Vid?
Gimana kabarmu baik kan? mungkin dengan datangnya surat ini pertanda bahwa aku sudah pergi untuk keluar kota untuk ikut dengan orangtuaku. Maaf gak izin sama kamu, handphoneku ilang, Vid. Aku udah tau semuanya dari Gusva, Makasih Vid kalau kamu juga punya perasaan sama aku. Aku akan selalu sayang sama kamu, sampai kapanpun, mungkin sampai tangan Tuhan mengambil nyawaku. Aku sudah tau kalau Shania itu bohongin kamu, aku mau coba jelasin dengan manggil kamu dulu itu, tapi kamunya udah disamperin sama Shania, aku gak enak sama dia jadinya. Apa yang dikatakan Shaniai itu gak bener, aku sayang sama kamu tulus dari hatiku terdalam. Suatu saat jika kita berjodoh Tuhan pasti akan mempertemukan kita kembali seperti Tuhan mempertemukan kita waktu kita pertama kenal. Aku percaya selagi Tuhan gak tidur, Tuhan akan mempersatukan cinta kita, Vid. Jangan sedih ya, David sayang aku janji aku bakal kembali buat kamu. Kamu akan selalu menjadi yang special buat aku. You’re its my everything and i will always remember you because you’re my first love. You know? First love is never die, Love will be back if you believe it. I Love you.
From: You’re first love
Hanya surat itu yang menjadi kenangan bagiku, namun apa daya. Dia telah menjadi milik orang lain saat ini, mungkin aku hanya bisa menunggunya meskipun hati ini telah lelah menunggu. Janji hanyalah janji biarkan janji itu mati dimakan oleh kelamnya waktu.
THE END
Don't Forget Follow Us :
- @BingoHijau ( David )
-
-
-
-
cute sweet
BalasHapus