Created By :
Inspirated By :
Hari ini hari pertamaku memulai belajar di kelas baru di SMA. Aku masuk ke kelas XI IPS I, saat ku lihat papan yang berisikan siswa-siswa yang sekelas denganku aku menenmukan sebuah nama yang sangat familiar yaitu Ayana Shahab. Yup, itu adalah nama dia sahabat kecilku. Aku tak menyangka aku akan bertemu dengannya setelah 10 tahun berpisah. Aku penasaran seperti apa dia sekarang. Saat aku sedang asik berfikir keadaan Ayana tiba-tiba seorang temanku datang dan memukul bahu ku dengan keras.
“Woi, gus mau makan kaga lu? Mumpung gurunya masih lama datengnya. Gue laper nih.” Ujar David.
“ah, lu kalau manggil gue pelan-pelan napa bikin orang jantungan aja. Ya udah ayo kita ke kantin.” Jawab ku kaget.
“eh lu tau gak di kelas kita ada anak pindahan dari batam, dia cantik banget rambut nya panjang terus bergelombang, kulitnya putih, hidungnya mancung, matanya juga juga gede, pokonya paten dah!”
“namanya Ayana Shahab bukan?” tebak ku penuh harap.
“lah kok lu tau? Udah lu ajak kenalan duluan pagi pagi ya? Curang lu kenalan sama anak baru yang cakep kaga ngajak-ngajak!”
“ah lu sok tau banget, gue lihat nama dia di daftar nama kelas!” ucapku sambil memukul pundak David.
Sampai di kantin aku segera mencari meja kosong untuk menikmati makanan ku. Saat sedang asik aku menikmati makanan ku tiba-tiba seorang gadis menepuk punggungku dengan sangat lembut dan memanggil nama ku. Dan saat aku menengok aku mengira aku sedang melihat seorang bidadari, astaga ya Tuhan cantiknya mahluk yang kau ciptakan ini ku rasa bahkan Putri Raja pun kalah jauh dibandingkan dia.
“hei, kamu Gusva Nugraha kan? Anaknya bu Jean kan?” ucapnya dengan suara yang menggetarkan hati
“eh, iya. Kok kamu bisa tau nama aku?” jawabku bingung
“kamu gak inget aku? Aku Ayana sahabat waktu kamu kecil. Masa kamu lupa?” Tanyanya dengan nada agak heran.
“ya, ya aku inget! Kamu jadi cantik sangat sangat cantik. Aku pikir siapa yang memanggil ku barusan. Aku sempat mengira tuhan memanggil ku ke surga makannya tiba-tiba ada bidadari di hadapanku,”
“ah kamu! Dari dulu selalu senang bercanda. Kalau sekarang aku cantik berarti dulu aku jelek dong?” balasnya
“nah itu tau , ga ada kaca yah dirumah ?! Wleee” candaku
“eh udah bel. Ayo masuk jangan becanda mulu!”
Bel pun berbunyi aku dan Ayana harus masuk kelas. Ternyata dia memang tambah cantik, dari dulu memang dia sangat manis makanya anak-anak laki-laki di kompleksku sering menggodanya. Pipinya sering memerah saat digoda oleh anak laki-laki. Matanya yang bundar pun rasanya menarik ku dengan sekuat tenaga. Argh mikir apa aku ini dia kan teman kecilku mana mungkin aku memilikinya ditambah dia sangat cantik sekarang, sementara aku semakin beranjak dewasa mukaku semakin gak karuan. Astaga tuhan ini cobaanmu atau anugrah mu sebenarnya. Saat asik menghayal tiba-tiba kepalaku seperti terhantam sesuatu. Oh ternyata tadi itu penghapus papan tulis yang menghampiri kepalaku. Astaga sakitnya bukan main. Guru ini memang kejam , aku sampai dilempari beginian karena keasyikan mengkhayal.
“hei gusna, kamu ini mengkhayal apa sih bapak panggil 5 kali masih gak dengar juga!” bentak pak Rival
“nama saya gusva pak bukan gusna”
“salah sedikit memang kenapa? Suka-suka saya dong kan saya yang manggil nya”
“nama saya kok diganti-ganti dasar guru edan” gerutuku
“heh! ngomong apa kamu?” Tanya pak Rival geram
“ngga pak tadi saya bilang kalau bapak itu ganteng banget pak mirip rano karno pak apalagi kumis nya pak uh seksi banget!” rayuku.
“ah kamu ini bisa saja! Wong emang bapak ini ganteng kok. Sudah kamu jangan merayu bapak, bapa gak mempan sama rayuanmu. Berdiri disini di depan kelas agar kamu bisa konsentrasi memperhatikan apa yang bapak terangkan!”
“rugi besar aku memuji dia sampai bawa rano karno segala. Huh!” gumamku dalam hati
“oke yang lain diam kita lanjutkan pelajaran!” titah guru tersebut kepada siswa lain.
Bel pun akhirnya berbunyi, berarti aku sudah bisa pulang dan berpisah hari ini dengan guru super killer ini. Lebih baik aku mengajak Ayana pulang bersama hari ini ya biar bisa tahu rumahnya.
“hei Ayana tunggu aku, kita pulang bareng yuk. Sekalian aku udah lama gak ketemu orangtua kamu aku pengen silaturahmi” ujarku sambil beralasan silaturahmi biar gak malu-malu amat.
“oh, orang tuaku kebetulan lagi gak ada di rumah. Tapi kalau kamu ngajak pulang bareng ya ayo, biar aku gak pulang sendirian. Hehe” balasnya.
“oke ayo”
Sejak hari itu aku sering bersepeda sore hari berdua dengannya. Bercanda tawa mengingat kenangan di masa kecil. Aku merasa terbang saat bersamanya. Aku tak tau apa yang kurasakan saat ini. Mungkinkah aku jatuh cinta pada sahabat kecilku ini. Aku bingung, aku takut hanya aku yang merasakan ini. Aku takut cintaku akan bertepuk sebelah tangan. Dia sering bercerita bahwa sebenarnya dia sedang menyukai seorang laki-laki. Menurut dia laki-laki itu tampan dan sempurna. Mendengar ceritanya aku semakin yakin bahwa bukan akulah yang ada di hatinya. Namun, bagaimana pun aku tetap menyayanginya. Aku sungguh tulus kepadanya tak peduli apakah dia membalas perasaan ku atau tidak.
Pagi hari ini di hari minggu aku mengajak Ayana bersepeda, sebenarnya aaku ingin mengungkapkan isi hatiku hari ini tak peduli apa yang akan ia katakan. Yang penting aku sudah ungkapkan apa yang sebenarnya aku rasakan. Saat bersepeda aku mengajaknya menuju tempat dimana biasanya kami berdua menghabiskan waktu bersama.
“Ayana” panggilku
“iya gus?”
“kamu masih inget tempat ini gak?” ucapku membuka obrolan
“tentu masih tempat ini, tempat terindah bagiku” jawab ayana dengan sorotan mata yang dalam
“kamu masih ingat saat kita berpura-pura menjadi sepasang mempelai, saat bermain waktu kecil dulu?”
“haha tentu masih! Aku pikir kau sudah lupa tentang itu”
“emh, Ay aku berharap aku dan kamu…” “Ayana? Ayana? kamu jangan bercanda” teriakku cemas kepada Ayana yang tiba-tiba pingsan.
Aku membawanya ke rumah sakit, tak lama dokter datang dan memberitahu ku apa yang sebenarnya terjadi kepada dia. Dokter bilang Ayana mengidap kanker otak stadium terkahir. Pernyataan itu terdengar bagai sambaran petir kencang di telingaku. Aku putuskan untuk menjenguk Ayana setiap hari. Aku mengiburnya setiap saat agar dia bisa tertawa. Karena senyumnya adalah pelangi di hidupku. Sebentar lagi Ayana akan berulang tahun aku akan memberi kejutan. Aku meminta bantuan kedua keponakan ku untuk mempersiapkan segalanya. Hari ini Ayana banyak bercerita tentang pria yang disukainya, walaupun sebenarnya aku sedikit teriris mendengarnya tetapi aku bahagia jika dia bahagia.
“Gusva, aku sering memperhatikan dia. Dia adalah seseorang yang tampan. Dia mampu menghipnotis ku saat aku mentap matanya. Kamu tahu gak gus, menurut ku senyumnya itu manis sekali. Entahlah apa yang membuatnya istimewa. Tapi aku begitu mengaguminya. Aku ingin hidup bersamanya. Mau kah kau membantuku untuk mendapatkannya?” Tanya Ayana. Pertanyaan nya sungguh menyentak hatiku. Tapi aku iyakan saja, Agar dia senang. Hari sudah sore aku harus pulang, aku akhirnya berpamitan pada Ayana.
Sepulang sekolah seperti biasa aku menjenguk nya, dan seperti rencana aku akan menyiapkan kejutan ulang tahun untuknya. Kedua keponakanku, ku suruh menghampiri Ayana , sementara aku akan bersiap di ruang operasi.
“kak ayana kak ayana. Kak Gusva kecelakaan dia sekarang ada di UGD kka. Ayo kak lihat dia kak. Kasian dia” pinta keponakanku.
“benarkah?” Tanya Ayana sedikit tak percaya.
“ya betul kak” sambil mendorog kursi roda Ayana.
Mereka pun berlari sambil membawa ayana dan mendorong nya ke ruang operasi. Ayana sempat bingung, namun saat ia masih bingung tiba-tiba lampu menyala dan…
“Happy birthday Ayana!” teriakku penuh semangat
“gusva! Terima kasih ya!”
“Ay? Ay? kamu kenapa lagi?” Tanya ku khawatir.
Ayana pingsan lagi , kali ini dia lebih pucat dari sebelumnya,cepat-cepat ku panggil petugas medis. Aku cemas aku harap dia baik-baik saja. Aku tak tahan bila harus menunggunya di sini , aku harus lakukan sesuatu. Ya, aku tak boleh hanya berdiam saja. Aku akan nekat menerobos ruang operasi.
“maaf pak, anda tidak boleh masuk” larang salah satu petugas.
“aku tidak peduli aku harus masuk, dia adalah segalanya bagiku.”
“tapi pak…”
Aku langsung menerobos masuk tapi yang ku lihat sungguh menyakitkan.Ayana baru saja dinyatakan meninggal. Betapa terkejutnya aku saat itu. Jantungku terasa terhenti, dadaku terasa sesak, jiwaku seakan melayang, hatiku bertanya “Tuhan apakah seberat ini cobaanku? Haruskah kau ambil dia sekarang juga?” tak lama keponakanku datang membawa sebuah surat. keponakan ku mengatakan surat ini mereka temukan di kamar Ayana. Ku buka surat itu. Ternyata itu untukku, ternyata orang yang disukai nya itu aku. Orang yang Ayana maksud aku. Aku segera pulang dan mencari kertas lipatan origami yang dulu di titipkan oleh Ayana , lalu aku buka lipatan dan lipatan, ternyata semuanya berisikan bahwa Ayana menyayangiku, Ayana ingin terus bersamaku. Oh tuhan, mengapa semuanya baru terungkap. Selamat tinggal gadisku, Ayana.
Semenjak saat itu , aku sering mengunjungi makam Ayana .. aku selalu memberi bunga di samping makamnya .. semua itu kulakukan agar dia tak kesepian di alam sana ...
THE END
Thank's to :
- @BingoHijau ( David )
-
-
-
-
0 komentar:
Posting Komentar